Kamis, 15 Januari 2009

ALESANA


Mungkin saja puluhan atau bahkan ratusan band emo muncul setiap harinya di planet yang semakin panas ini yang justru kebanyakan dari band-band tersebut hanya terpaku pada style atau fashion dan ketrendian saja. Kondisi yang juga mudah ditemui ditempat saya berada.

Keadaan itu juga yang sembat membuat saya menjudge ALESANA memiliki musik dengan kualitas standard untuk memanfaatkan pasar emo/ post hardcore yang telah terbentuk secara gampangan. Apalagi ALESANA tergolong sebagai salah satu band pendatang baru.

“On Frail Wings of Vanity and Wax” yang saya peroleh adalah versi rilisan ulang yang kali ini beredar via Fearless Records. Yah, sebelumnya album ini lebih dahulu dirilis oleh label baru, Tragic Hero Records pada Juni 2006 lalu.

Apa yang istimewa dari band asal Carolina ini? Apalagi kalau mengingat banyaknya band-band post hardcore yang cenderung didominasi oleh cleaning vocal ala band-band emo.

Sebagai pembuka ada Icarus yang sebenarnya lebih terkesan seperti satu intro dengan balutan melodi piano racikan Shawn Mike. Namun sebelumnya perlu saya ingatkan juga kalau saya memang bukan penggemar berat post hardcore terutama kepada mereka yang banyak memasukkan unsur emo, tetapi bagi saya ALESANA adalah sedikit pengecualian.

Setelah itu ada Ambrosia yang memiliki satu kekuatan komposisi musik yang tidak standard. Poin ini menjadi nilai plus pembeda ALESANA dengan kebanyakan band post hardcore lainnya. Teknik vokal scream ALESANA sedikit mengingatkan saya pada era “Waking the Fallen”-nya AVENGED SEVENFOLD. Sedangkan teknik bernyanyi malah sedikit mengingatkan saya pada gaya bernyanyi THURSDAY ataupun CIRCA SURVIVE.

Banyak lagu yang cukup catchy untuk didengarkan plus balutan melodi riff-riff gitar mereka. Salah satu lagu bagus yang ada di album ini ada Alchemy Sounded Good At the Time yang asyiknya juga ALESANA menghiasi musik mereka dengan meletakkan beberapa bagian growl ala band-band death metal meski bukan menjadi bagian mayoritas.

Di lagu kesebelas, ALESANA menawarkan satu ballad yang mereka namai dengan Temptation of Paris. Jangan berharap menemukan bagian scream ataupun growl. Yang ada disini hanyalah teknik bernyanyi sang vokalis Dennis Lee dibantu permainan pianis Shawn Milke. Meski lagu ini memiliki kekuatan tersendiri terutama pada lirik, namun saya bukanlah penyuka bagian musik tanpa scream ataupun growl. Tak bisa dipungkiri pula, Third Temptation of Paris menjadi salah satu lagu yang paling menonjol di album ini.

Selain itu, ALESANA juga menawarkan ballad lainnya dengan munculnya Early Morning yang berkarakter sama dengan memanfaatkan kekuatan teknik clean voice mereka plus permainan melodi piano.

Sebenarnya di track ketujuh ALESANA telah melakukannya lebih dahulu dengan Apology yang juga menjadi andalan dari On Frail Wings of Vanity and Wax. Hanya pada Apology, Dennis cs tidak ingin terpaku pada bagian cleanning voice saja.

Rilisan ulang ini menawarkan kover dengan 12 halaman yang berisi lengkap photo-photo mereka plus lirik. Melihat foto mereka adalah kondisi yang sangat gampang ditemui pada beberapa pemain screamo. Yakni pemakaian eye liner dan piercing di mulut.

Dan “On Frail Wings of Vanity and Wax” adalah album yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak emo/screamo karena band post hardcore ini saya pikir bukan terbentuk karena bagian dari ketrendian saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar